Jumat, 28 Maret 2014

Asal Usul Banyuwangi

Naskah Drama
"ASAL-USUL KOTA BANYUWANGI"








Anggota :
1. Ade rosiha
2. Alfrida laila syahriza
3. Denta ari permana
4. Fajar pambudi
5. Safikri cahyadi


SMA NEGERI 5 CILEGON
TAHUN AJARAN 2013-20

   Prolog  
      Pada zaman dahulu dikawasan ujung timur Provinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana yang tinggal di sebuah kota bernama kota terasido. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu.
      Tokoh tokoh dalam drama
1.      Raden bantering : Fajar Pambudi
2.      Pengawal 1 : Safikiri Cahyadi
3.      Pengawal 2 : Ade Rosiha
4.      Permaisuri : Alfrida Laila syahriza
5.      Rupaksa : Denta Ari Permana
        Naskah  ADEGAN 1 :
Raden banterang : “Pagi ini aku akan berburu. Siapkan alat berburu”
Pengawal 1 dan 2: “Baik Raden. Peralatan sudah kami siapkan”.
Raden Banterang : “Menurutmu kemana kita ini akan berburu ?”
Pengawal 1 dan 2: “Bagaimana kalau ke hutan saja, karena pasti di hutan banyak kijang melintas”.
Raden Banterang : “Kalau begitu kita berangkat sekarang”.
Pengawal 1 dan 2: “ Siap Raden”.
Raden Banterang : “coba lihat ! ada seekor kijang besar dan bagus. Akan ku panah dia. Waahhhh…. Dia lolos! Akan ku kejar dia.”
Pengawal 1 dan 2: “tunggu Raden. Tunggu kami Raden.”
( kedua pengawal tersebut mengejar Raden, tapi mereka kehilangan jejak Raden di tengah hutan)
Pengawal 1 : “waduuuh!! Bagaimana ini….?? Kita kehilangan jejak Raden
Pengawal 2 : “ya sudah kalau begitu kita tunggu saja di jalan keluar hutan ini” .
Raden Banterang : “ akhirnya kau kena juga kijang…..!!”
( tersenyum senang dan bangga)
“ lho…. Mana para pengawalku ya….?. ehm… pasti kami terpisah gara-gara aku tadi larinya cepat. Tapi, aku yakin mereka pasti menungguku di jalan keluar hutan ini. Karena mereka pasti sudah hafal kebiasaanku.”

Raden Banterang : “Ehmmm…. Gerangan gadis cantik nan jelita itu ya…? Benarkah dia seorang manusia ? atau jangan-jangan “ “penunggu” hutan ini ?/“ kau ini manusia atau penuggu hutan ini ? “.
Surati : “ saya manusia !! nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”
Raden Banterang : “lalu mengapa kau ada di sini ?”.
Surati : “ hamba berada di tempat ini karena menyelatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam pertempuran mempertahankan Mahkota Kerajaan”.
Raden Banterang : “ kalau begitu, apakah kau mau ikut bersamaku ke istana dan menjadi permaisuriku ? “.
Surati : “ apakah saya ini pantas bersanding dengan Raden ?”
Raden Banterang : “ tentu saja, kau adalah gadis tercantik yang pernak kutemui dan hanya kamulah yang aku inginkan menjadi permaisuriku”.
Surati : “ dengan segala kerendahan hati, aku mau menerima lamaran ini. Dengan satu syarat yaitu Raden harus setia dan bisa menjagaku”
Raden Banterang : “ tanpa kau minta pun, aku pasti akan melakukan itu. Karena itu adalah kewajiban seorang ksatria”.
(Setelah itu Raden Banterang bersama dengan Surati menuju keluar hutan).
Pengawal 1 : “nah itu Raden tapi dengan siapa ya ?. Raden, tidak apa-apa kan…? Kami tadi sangat cemas karena kehilangan jejak Raden di hutan.”
Raden Banterang : “ ya.. tadi karena terlalu bersemangat berburu kijang itu sehingga aku lupa bahwa kalian ikut. Tapi, aku bersyukur sekali karena sekaligus menemuksn tambatan hati.”
Pengawal 2 : “ syukurlah kalau Raden sudah mendapatkan tambatan hati.Kami juga ikut senang, kalau Raden senang.”
Raden Banterang : “ ya sudah kalau begitu kita bergegas pulang ke istana dan merayakan pesta pernikahanku dengan Surati”
Pengawal 1 dan 2: “ baik Raden”
Adegan 2 :
Pengawal 1 : “ mohon maaf permaisuri, hamba menghadap”.
Permaisuri : “ dia siapa ? dan mengapa ia kesini ?”
Pengawal 1 : “hamba tidak tahu Permaisuri,yang jelas dia sangat ingin bertemu dengan Permaisuri”.
Permaisuri : “ baiklah, bawa dia ke sini !”.
Pengawal 1 : “ baik Permaisuri”.
Rupaksa : “ Surati ! Surati ! aku ini kakak kandungmu”.
Permaisuri : “ apa benar kau kakakku ?”.
Rupaksa : “ sungguh aku tidak berbohong bahwa aku ini kakakmu yang telah lama terpisah denganmu semenjak dihutan.”
Permaisuri : “ maafkan aku yang sedikit melupakanmu’. ( berpelukan )
Rupaksa : “ sebenarnya selama ini aku mencarimu, lalu aku mendengar bahwa nama Permaisuri Kerajaan ini adalah Surati dan ternyata itu adalah adik kandungku sendiri”.
Permaisuri : “ lalu, apa maksud kedatangan kakak kesini ?’.
Rupaksa : " perlu kau ketahui bahwa yang menyebabkan orang tua kita meninggal adalah mertuamu sendiri”.
Permaisuri : “ kakak tidak bercandakan ?”.
( karena terlalu syok tubuh Permaisuri jadi gemetar )
Rupaksa : “ apa aku kelihatan bercanda ?? dan aku kesini untuk menyerahkan sebuah keris dan gunakanlah untuk membunuh suamimu”.
Permaisuri : “ aku tak mau kak. Walaupun dia anak dari pembunuh orang tua kita,tapi dia telah menyelamatkaku dan akupun mencintainya”.
Rupaksa : “ terus terang bahwa kakakmu ini sangat kecewa sekali karena kau tidak mendukung rencana kakak. Kalau kau tidak mau membunuh suamimu, maka simpanlah keris itu sebagai tanda kenang-kenangan dariku”.
( lalu Rupaksa tersebut pergi karena dia tidak sudi berlama-lama berada di istana )
Adegan 3 :
Rupaksa : “ sembah hamba paduka. Tuanku, keselamatan tuan terancam bahaya kerena Permaisuri punya rencana hendak membunuh Paduka”.
Raden Banterang : “ hai, siapa engkau berani-beraninya memfitnah istriku ? !!”
Rupaksa : “ itu tak penting paduka tahu siapa saya. Kalau Paduka tidak percaya dengan omongan hamba lihatlah sesuatu yang di simpan di bawah bantal Permaisuri”.
Raden Banterang : “ awas saja kalau kau berbohong padaku. Akan kusuruh pengawalku mencarimu dan memberimu hukuman mati”.
( Raden pun pergi ke istana dan langsung menuju kamar pribadi mereka ).
Raden Banterang : “ astaga…!! Ternyata ada keris di bawah bantal istriku”.
( kemudian, Permaisuri masuk ke kamarnya ).
Permaisuri : “ ada apa kakanda…? Sepertinya kakanda sedang marah ?”.
Raden Banterang : “apa benar dinda ingin membunuhku dengan keris ini ?’.
Begitukah balasan dinda pada kanda ?”.
Permaisuri : “ jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak punya maksud begitu.
Raden Banterang : “lalu buat apa keris ini di bawah bantal dinda ?”.
Permaisuri : “ keris ini adalah kenang-kenangan dari kakak adinda. Sungguh adinda tidak pernah berfikir untuk membunuh kakanda. Bahkan, adinda rela mati demi keselamatan kakanda”.
Raden Banterang : “ kakanda sudah tidak percaya dengan omongan dinda lagi”.
Permaisuri : “ lalu dengan cara apa kakanda percaya pada dinda ?”
Raden Banterang : “ kalau begitu buktikan pada kanda dengan cara masuklah ke dalam sungai itu untuk membuktikan kebenarannya”.
Permaisuri : “ baik, adinda akan melompat ke sungai itu. Apabila dinda
telah masuk ke dalam sungai dan ternyata air sungai ini menjadi jernih serta wangi maka dinda tak bersalah dan sebaliknya apabila airnya keruh dan berbau busuk maka dinda bersalah”.
Raden Banterang : “tercium bau wangi! Ohh…. Dinda maafkanlah kakanda ini yang sudah tidak percaya lagi denganmu.
Tapi nasi telah menjadi bubur, sang permaisuri telah tiada tuk selamanya sang raden pun sangat menyesali perbuatannya dan setiap hari dia selalu murung
Adegan 4 :
Pengawal 1 : “ sudahlah raden, makanlah engkau jangan biarkan badanmu kurus kering tanpa ada makanan yang engkau berikan “
Raden Banterang : “ aku tak kuasa pengawal menahan kesedihanku ini, aku sangat menyesal dengan kesalahanku. Rasanya aku ingin menyusul surati!”
Pengawal 1 : “ baginda jangan berbicara seperti itu, baiklah engkau kembali berburu untuk menghilangkan rasa sedihmu seperti dulu, akan kutemani engkau bersama pengawal pengawal lain”
Raden Banterang : “ baiklah, akan aku pikirkan kembali tawaranmu itu pengawal”
Malam hari dikamar sang raden
Pangeran Banterang : “ Oh surati, aku rindu padamu ingin bertemu sekali rasa sesak membumbung dalam jiwa ini (Sambil memeluk selendang sang istri).
Didalam mimpi sang raden bertemu dengan permaisuri dan berbicara dengannya
Permaisuri : “ wahai baginda, jika engkau rindu padaku ambilah keris yang aku simpan di bawah bantal. Ikutilah denganku disini dan tenggelamkanlah ragamu bersama keris itu seraya kau mengucap aku mencintaimu “
Raden Banterang : “ tentu saja tentu wahai permaisuriku akan kulakukan apa saja demi engkau karena aku telah berjanji dahulu aku akan selalu menjagamu dan saat inilah aku hendak membuktikan segala rasa cinta yang aku punya untukmu wahai suratiku “
Keesokan pagi hari sang raden pergi meninggalkan kerajaan dan menuju sungai yang di maksud oleh permasisuri saat dimimpi tadi tanpa seorangpun yang mengetahuinya.
Raden Banterang : “ Demi engkau (sambil mengancungkan keris seraya berkata) wahai surati aku rela menenggelamkan raga ini, aku hanya mencintaimu dan ingin bertemu engkau disana “
Tiba tiba pengawal dating..
Pengawal 2 : “ apa yang sedang kau lakukan baginda janganlah kau tenggelamkan ragamu kedalam sungai itu “
Raden banterang : “ aku ingin menyusul permaisuriku, sampaikan kepada rakyat rakyatku di sana tentang sebuah berita bahwa dengan ini aku sebagai Raja memberi nama kota ini menjadi Banyuwangi” burrrr bunyi air terciprat dari sungai.
Setelah itu pengawal memberitakan kepada rakyat dan para ajudan istana tentang kabar bahwa kota yang merka tinggali berubah nama menjadi kota banyuwangi.
D.    Kesimpulan

            Jadi kesimpulan drama dari dialog diatas adalah kepercayaan yang telah kita dapatkan dari seseorang janganlah kita sia-siakan hendaknya kita selalu menjaga kepercayaan itu,dan salah satu nilai lain yang dapat kita ambil dari kisah diatas yaitu pengorbanan seseorang yang mencintai kita sangatlah besar sebab orang yang telah mencintai dengan setulus hatinya akan rela mengorbankan apapun yang ia punya walaupun harus mengorbankan nyawanya sendiri . 

0 komentar: